Pengaturan Jarak Tanam Pohon Jati agar Tumbuh Maksimal
22 Jun 2020
Tambah Komentar
Pohon Jati (Tectona grandis) adalah tanaman yang sudah familiar dengan masyarakat Indonesia. Pohon ini dibudidaya secara monokultur ataupun tumpang sari dengan tanaman palawija, empon-empon, atau tanaman perkebunan seperti kakao dan kopi.
Pohon jati memiliki ciri khas dalam hal kebutuhan unsur hara, karena rakus dalam menyerap unsur kalsium dan menyukai tanah dengan kandungan lempung cukup tinggi.
Kita bisa mengamati di daerah pegunungan karst di wilayah Jawa Bagian selatan banyak ditanami pohon jati. Pada jenis tanah yang berbeda pun bisa tumbuh namun akan kurang maksimal.
Selain pemilihan benih unggul, perawatan dan persiapan lahan, maka pengaturan jarak tanam yang ideal menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya tanaman jati. Setelah lahan disiapkan dengan baik dengan lubang tanam yang sesuai maka jarak antar tanaman harus diatur sedemikian. Ada dua macam pola tanam yaitu :
Perawatan dan pemupukan tanaman di bawah tegakan pohon jati turut menyuburkan sistem perakaran jati. Sistem tumpangsari hanya cocok diterapkan untuk lahan dengan kesuburan tinggi.
Pada sistem penanaman monokultur jarak tanam yang dianjurkan adalah 2.5 x 2.5 meter atau 3 x 1 meter atau 3 x 3 m. Mengapa jarak tanamnya boleh bermacam-macam? Pohon jati arah pertumbuhannya ke atas dan menyamping, menuju arah sinar matahari.
Pada jarak tanam yang lebih rapat, tanaman akan meninggi, mencari sumber sinar matahari, namun diameter batangnya akan lebih kecil dibandingkan pada jarak tanam yang longgar.
Sebaliknya pada tanaman jati yang ditanam pada jarak yang longgar kemungkinan pertumbuhan cabang lebih besar karena ada lebih banyak ruang dan diameter batang akan bertumbuh lebih besar.
Pertimbangan lain mengenai jarak tanam adalah teknis perawatan. Pada jarak yang lebih rapat tentu pemotongan cabang untuk merapikan bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan jarak yang longgar.
Yang perlu diperhatikan di sini adalah apapun pilihannya maka lebih baik jarak tanamnya tetap teratur dan dengan memperhatikan ruang yang cukup kepada pohon agar dapat memaksimalkan pertumbuhan tajuk, batang dan perakaran.
Dasar pemikiran pada pengaturan jarak tanam berdasarkan pemikiran bahwa tanaman sebenarnya saling berkompetisi dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah sehingga perlu diatur agar mengurangi persaingan dalam mendapatkan air dan hara.
Selain itu, bentuk daun jati yang lebar adalah untuk menyerap sinar matahari semaksimal mungkin, sehingga bila jaraknya terlalu rapat, satu tanaman pasti akan kalah dalam mendapatkan supan sinar matahari.
Jika terlalu rapat kondisi tanah di bawah tegakan akan selalu lembab sehingga mempertinggi bagi tumbuhnya jamur patogen.
Di daerah pegunungan kapur di Jawa Bagian Selatan misalnya Kabupaten Wonogiri, Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan kondisi tanah (top soil) tipis, sehingga masyarakat menanam pohon jati dengan menurut kontur tanah, tidak lagi berpatokan pada jarak tanam.
Pada kondisi lingkungan semacam ini diameter batang pohon jati biasanya lebih kecil dibandingkan dengan yang tumbuh di tanah datar dengan tanah tebal. Namun tingkat kekerasan kayu lebih kuat dan ulet.
Beberapa strategi yang dikembangkan oleh petani di kawasan karst pegunungan kapur ini adalah :
Dengan memperhatikan kondisi tanah, kontur dan ketersediaan air, maka pengaturan jarak tanam diharapkan bisa memaksimalkan pertumbuhan pohon jati.
Secara alami pohon jati bisa tumbuh pada areal dengan ketinggian 0 mdpl atau di tepi pantai sampai dengan kawasan pegunungan rendah berketinggian 1000 mdpl. Daerah yang disukai sebagai tempat tumbuhnya adalah yang iklimnya kering, dengan jenis tanah regusol.
Pohon jati memiliki ciri khas dalam hal kebutuhan unsur hara, karena rakus dalam menyerap unsur kalsium dan menyukai tanah dengan kandungan lempung cukup tinggi.
Kita bisa mengamati di daerah pegunungan karst di wilayah Jawa Bagian selatan banyak ditanami pohon jati. Pada jenis tanah yang berbeda pun bisa tumbuh namun akan kurang maksimal.
Selain pemilihan benih unggul, perawatan dan persiapan lahan, maka pengaturan jarak tanam yang ideal menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya tanaman jati. Setelah lahan disiapkan dengan baik dengan lubang tanam yang sesuai maka jarak antar tanaman harus diatur sedemikian. Ada dua macam pola tanam yaitu :
Monokultur
jika yang ditanam hanya pohon jati saja dalam satu kawasan. Keuntungannya hasil panen kayu akan maksimal. Namun kekurangannya jika tanah kurang subur maka pertumbuhan akan berkurang karena rebutan unsur hara yang sama.Tumpang sari
Di bawah tegakan pohon jati ditanamani palawija atau empon-empon, kadang pula tumbuh bersama tanaman perkebunan seperti kakao dan kopi. Keuntungannya bagi petani adalah memiliki penghasilan tambahan dari tanaman semusim.Perawatan dan pemupukan tanaman di bawah tegakan pohon jati turut menyuburkan sistem perakaran jati. Sistem tumpangsari hanya cocok diterapkan untuk lahan dengan kesuburan tinggi.
Baca Juga :
- Cara Paling Tepat Menanam Pohon Kaktus Dari Biji
- Ciri Ciri Pohon Pinus Hitam Jepang (Pinus thunbergii) Di Alam Liar
Jarak Tanam
Sumber : google.com |
Pada jarak tanam yang lebih rapat, tanaman akan meninggi, mencari sumber sinar matahari, namun diameter batangnya akan lebih kecil dibandingkan pada jarak tanam yang longgar.
Sebaliknya pada tanaman jati yang ditanam pada jarak yang longgar kemungkinan pertumbuhan cabang lebih besar karena ada lebih banyak ruang dan diameter batang akan bertumbuh lebih besar.
Pertimbangan lain mengenai jarak tanam adalah teknis perawatan. Pada jarak yang lebih rapat tentu pemotongan cabang untuk merapikan bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan jarak yang longgar.
Yang perlu diperhatikan di sini adalah apapun pilihannya maka lebih baik jarak tanamnya tetap teratur dan dengan memperhatikan ruang yang cukup kepada pohon agar dapat memaksimalkan pertumbuhan tajuk, batang dan perakaran.
Dasar pemikiran pada pengaturan jarak tanam berdasarkan pemikiran bahwa tanaman sebenarnya saling berkompetisi dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah sehingga perlu diatur agar mengurangi persaingan dalam mendapatkan air dan hara.
Selain itu, bentuk daun jati yang lebar adalah untuk menyerap sinar matahari semaksimal mungkin, sehingga bila jaraknya terlalu rapat, satu tanaman pasti akan kalah dalam mendapatkan supan sinar matahari.
Jika terlalu rapat kondisi tanah di bawah tegakan akan selalu lembab sehingga mempertinggi bagi tumbuhnya jamur patogen.
Di daerah pegunungan kapur di Jawa Bagian Selatan misalnya Kabupaten Wonogiri, Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan kondisi tanah (top soil) tipis, sehingga masyarakat menanam pohon jati dengan menurut kontur tanah, tidak lagi berpatokan pada jarak tanam.
Beberapa strategi yang dikembangkan oleh petani di kawasan karst pegunungan kapur ini adalah :
- Jarak tanam tidak teratur mengikuti kontur dan kondisi tanah.
- Mengamati kedalaman tanah, dipilih yang minimal 20cm.
- Pemeliharaan bibit harus lebih intensif supaya kuat bertahan hidup, terutama saat masih kecil
- Saat berumur 5 tahun, bila pertumbuhan tajuknya tumpang tindih maka dilakukan penjarangan
- tanam lebih besar, yaitu 30 x 30 x 30cm. Bila areal tanamnya berbatu memang akan cukup sulit membuat lubang yang lebar, maka dalamnya
- cukup 10 -20 cm dengan menggunakan linggis.
- Penandaan tempat lubang tanam bisa memakai ajir bambu.
Dengan memperhatikan kondisi tanah, kontur dan ketersediaan air, maka pengaturan jarak tanam diharapkan bisa memaksimalkan pertumbuhan pohon jati.
Baca Juga :
Belum ada Komentar untuk "Pengaturan Jarak Tanam Pohon Jati agar Tumbuh Maksimal"
Posting Komentar