Memilih Pola Tanam Pohon Jati Agar Berhasil
22 Jun 2020
Tambah Komentar
Pohon jati sudah sangat familiar dengan masyarakat di Indonesia karena sudah banyak yang membudidayakannya di lahan-lahan pekarangan. Namun yang menjadi catatan adalah budidaya pohon jati di masyarakat menggunakan pola tradisional, tidak dilakukan pemeliharaan yang baik sehingga produktivitas dan kualitas kayu masih cukup rendah untuk standar industri.
Penyebab utama adalah bibit yang digunakan kebanyakan benih atau bibit yang tidak jelas asal usulnya atau tidak berasal dari klon unggul. Sebagian besar orang menanam pohon jati dari tanaman yang tumbuh liar di kebunnya, atau bila membeli bibit tidak terlal peduli asal usul genetiknya.
Penyebab lainnya karena pengetahuan yang terbatas sehingga saat menanam pohon jati tidak terlalu serius. Setelah menanam bibit dan kelihatannya bibit itu tidak mati, maka dibiarkan saja, hanya kadang-kadang ditengok untuk pemeliharaan yang minimal.
Dalam ilmu kehutanan ada pengetahuan mengenai kaidah silvikultur, yaitu pengetahuan mengenai bagaimana suatu pohon budidaya ditanam dengan pola tertentu agar mencapai hasil yang maksimal.
Harus diakui bahwa di masyarakat investasi menanam pohon jati yang memerlukan waktu belasan tahun tidak diperhatikan secara serius. Setelah penanaman dan tanaman bisa hidup, maka dibiarkan saja sampai masa panen. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab hasil panen kayu jati meleset dari hitung-hitungan teori
Harga benih unggul dibandingkan dengan bibit yang tumbuh sendiri lalu ditanam di polybag memang jauh lebih mahal. Soal harga inilah yang mungkin mendorong orang untuk memilih bibit yang lebih murah walaupun menggadaikan waktu dan kualitas kayu jati.
Pohon jati dari benih unggul memiliki pertumbuhan dan penampilan fisik yang bisa dibedakan dari pohon jati lokal yang biasanya dibesarkan dari bibit yang tumbuh sendiri secara alami.
Bibit unggul pohon jati biasanya memang dikembangkan melalui proses pemuliaan tanaman, artinya bibit benar-benar dipilih dari indukan yang berkualitas, kemudian pembenihan melalui prosedur yang sesuai dengan kaidah silvikultur.
Pertumbuhan suatu pohon jati dipengaruhi oleh sedikitnya dua faktor yaitu faktor dari dalam yang disebut dengan faktor genetik, berkaitan dengan sifat keturunan dari induk pohonnya dan faktor lingkungan luar.
Walaupun pohon berasal dari benih unggul namun belum tentu menunjukkan pertumbuhan yang maksimal jika kondisi tanah atau lahan tidak sesuai kebutuhan sifat tanaman, misalnya dalam kondisi selalu tergenang air.
Salah satu pertimbangan dalam memilih bibit adalah dari hasil perbanyakan yang lokasinya mirip dengan lokasi penanaman (ketinggian tempat, iklim dan kondisi tanah). Kondisi lahan yang tidak jauh berbeda dengan tempat pembibitan memudahkan tanaman tidak melalu fase stres karena beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.
Ada beberapa pola tanam yang bisa diterapkan pada pohon jati ini yaitu :
Salah satu kelebihan dari sistem monokultur adalah volume kayu yang didapat kemungkinan lebih banyak.
Jadi pada sistem ini adalah dengan mengombinasikan pohon jati dan tanaman pertanian atau semusim pada suatu area. Pola ini sudah sering diterapkan pada lahan tegalan atau pada bagian pematang sawah.
Tanaman yang bisa dibudidaya di sela-sela pohon jati misalnya jagung, kacang tanah, singkong, talas, dan empong-empon (jahe, kunis, temulawak ) Menurut penuturan beberapa petani ,pada pemangkasan akar pohon jati malahan dapat memacu pertumbuhan tanaman jati.
Tanaman lain yang bisa ditumpangsari adalah jenis-jenis tanaman perkebunan misalnya kakao, kopi, atau kelapa sawit.
Beberapa pilihan pola tanam pohon jati ini akan menambah pengetahuan pembaca sehingga bisa membantu menentukan apa yang akan dilakukan agar pohon jatinya tumbuh secara maksimal.
Penyebab utama adalah bibit yang digunakan kebanyakan benih atau bibit yang tidak jelas asal usulnya atau tidak berasal dari klon unggul. Sebagian besar orang menanam pohon jati dari tanaman yang tumbuh liar di kebunnya, atau bila membeli bibit tidak terlal peduli asal usul genetiknya.
Penyebab lainnya karena pengetahuan yang terbatas sehingga saat menanam pohon jati tidak terlalu serius. Setelah menanam bibit dan kelihatannya bibit itu tidak mati, maka dibiarkan saja, hanya kadang-kadang ditengok untuk pemeliharaan yang minimal.
Harus diakui bahwa di masyarakat investasi menanam pohon jati yang memerlukan waktu belasan tahun tidak diperhatikan secara serius. Setelah penanaman dan tanaman bisa hidup, maka dibiarkan saja sampai masa panen. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab hasil panen kayu jati meleset dari hitung-hitungan teori
Harga benih unggul dibandingkan dengan bibit yang tumbuh sendiri lalu ditanam di polybag memang jauh lebih mahal. Soal harga inilah yang mungkin mendorong orang untuk memilih bibit yang lebih murah walaupun menggadaikan waktu dan kualitas kayu jati.
Pohon jati dari benih unggul memiliki pertumbuhan dan penampilan fisik yang bisa dibedakan dari pohon jati lokal yang biasanya dibesarkan dari bibit yang tumbuh sendiri secara alami.
Bibit unggul pohon jati biasanya memang dikembangkan melalui proses pemuliaan tanaman, artinya bibit benar-benar dipilih dari indukan yang berkualitas, kemudian pembenihan melalui prosedur yang sesuai dengan kaidah silvikultur.
Baca Juga :
- Cara Paling Tepat Menanam Pohon Kaktus Dari Biji
- Ciri Ciri Pohon Pinus Hitam Jepang (Pinus thunbergii) Di Alam Liar
Pertumbuhan suatu pohon jati dipengaruhi oleh sedikitnya dua faktor yaitu faktor dari dalam yang disebut dengan faktor genetik, berkaitan dengan sifat keturunan dari induk pohonnya dan faktor lingkungan luar.
Walaupun pohon berasal dari benih unggul namun belum tentu menunjukkan pertumbuhan yang maksimal jika kondisi tanah atau lahan tidak sesuai kebutuhan sifat tanaman, misalnya dalam kondisi selalu tergenang air.
Salah satu pertimbangan dalam memilih bibit adalah dari hasil perbanyakan yang lokasinya mirip dengan lokasi penanaman (ketinggian tempat, iklim dan kondisi tanah). Kondisi lahan yang tidak jauh berbeda dengan tempat pembibitan memudahkan tanaman tidak melalu fase stres karena beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.
Beberapa PolaTanam Pohon Jati
Ada beberapa pola tanam yang bisa diterapkan pada pohon jati ini yaitu :
1. Monokultur
Sistem menanam pohon jati dengan pola monokultur ini lahan hanya ditanamni dengan satu jenis tanaman saja. Jadi pohon jati yang ditanam tidak berbaur dengan tanaman keras lainnya. Pola monokultur ini seringkali diterapkan pada lahan yang kondisi tanahnya tipis, berbatu, berkontur miring.Salah satu kelebihan dari sistem monokultur adalah volume kayu yang didapat kemungkinan lebih banyak.
2. Campuran
Pola tanam ini bisa diterapkan pada lahan yang mirim dan berbatu dengan tujuan penanaman adalah untuk menambah unsur hara dalam tanah namun juga untuk mencegah tanah longsor. Tanaman Jati yang ikut dibudidaya pada lahan miring adalah untuk menambah nilai lahan secara ekonomi.Hutan campuran dengan masa tebang yang berbeda
Pada lahan jati campuran bisa ditanam pula pohon dengan tingkatan tajuk yang berbeda dan masa tebang yang berbeda.- Hal ini bisa memiliki beberapa kelebihan yaitu :
- Vegetasi akan lebih tahan terhadap gangguan hama penyakit
- Efisiensi dalam penggunaan ruang tumbuh
- Pemanfaatan variasi lahan yang maksimal
- Ketahanan terhadap terpaan angin meningkat
- Multitujuan selain untuk produksi bisa juga untuk perbaikan kualitas lahan
3.Tumpangsari
Sumber: google.com |
Pola tanam tumpangsari dan campuran bisa diterapkan sebagai strategi agar petani bisa memperoleh panenan palawija dalam jangka pendek 3 sampai 6 bulan, namun juga memiliki tabungan investasi kayu jati untuk jangka panjang.
Jadi pada sistem ini adalah dengan mengombinasikan pohon jati dan tanaman pertanian atau semusim pada suatu area. Pola ini sudah sering diterapkan pada lahan tegalan atau pada bagian pematang sawah.
Tanaman yang bisa dibudidaya di sela-sela pohon jati misalnya jagung, kacang tanah, singkong, talas, dan empong-empon (jahe, kunis, temulawak ) Menurut penuturan beberapa petani ,pada pemangkasan akar pohon jati malahan dapat memacu pertumbuhan tanaman jati.
Tanaman lain yang bisa ditumpangsari adalah jenis-jenis tanaman perkebunan misalnya kakao, kopi, atau kelapa sawit.
Beberapa pilihan pola tanam pohon jati ini akan menambah pengetahuan pembaca sehingga bisa membantu menentukan apa yang akan dilakukan agar pohon jatinya tumbuh secara maksimal.
Baca Juga :
Belum ada Komentar untuk "Memilih Pola Tanam Pohon Jati Agar Berhasil"
Posting Komentar