Kandungan Metabolit Sekunder yang Terdapat pada Tanaman Pinang
19 Mei 2020
Tambah Komentar
Pada artikel sebelumnya telah diketahui karakteristik morfologi tanaman pinang beserta habitat dan pesebarannya. Telah dibahas pula jenis-jenis dan varietas apa saja yang banyak ditemukan di Indonesia. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai kandungan metabolit sekunder yang dimiliki oleh tanaman tersebut.
Dengan mengetahui kandungan metabolit sekundernya kita akan dapat mengetahui lebih lanjut manfaat apa saja yang bisa kita ambil dari tanaman tinggi ini. Selain itu kita juga dapat menjadikannya sebagai sumber ekonomi melalui perbanyakan dengan menggunakan berbagai metode. Apa saja kandungan mentabolit sekunder yang dapat di temukan dari tanaman pinang? Mari kita bahas lebih dalam!
Sebuah penelitian yang dilakukan di Filipina terhadap tanaman pinang menyatakan bahwa tanaman ini mengandung senyawa bioaktif flavonoid, seperti tanin. Tanin adalah salah satu substansi yang tersebar secara luas di berbagai organ tanaman, buah yang belum matang, seperti daun, batang dan kulit kayu.
Khusus pada organ biji pinang mengandung komponen utama berupa polifenol. Adapun komponen lainnya yaitu alkoloid, lemak, saponin, steroid (kriptogenin, sitosterol) dan asam amino. Peneliti asal India mengungkapkan bahwa fraksi alkoloid dan tanin yang terkandung di dalam biji pinang dapat berkhasiat dalam menstimulasi kekuatan regangan pada luka inisiasi jahitan (Rairisti et al, 2014).
Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam tanaman pinang sebenarnya telah diidentifikasi sejak abad ke 18. Dari sekian banyak senyawa tersebut, komponen utama yang terkandung di dalam biji pinang adalah karbohidrat, lemak dan serat. Selain itu terdapat pula polyphenol termasuk flavonoid dan tanin, alkaloid serta berbagai macam mineral. Senyawa polyphenol dan alkaloid yang termasuk ke dalam golongan piridin mendapat perhatian khusus daripada sekian banyak kandungan biji pinang. Hal tersebut dikarenakan senyawa-senyawa tersebut diketahui mempunyai efek yang baik terhadap kesehatan.
Biji pinang mengandung 0,3-0,6% alkaloid, 14% lemak (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), 15% red tannin, kanji dan resin. Jenis alkoloid yang terdapat di dalam biji pinang diantaranya arekolin (C8H13NO2), arekolidin, arekain, guvasin dan isoguvasin. Ekstrak etanolik dari biji pinang mengandung tanin yang telah terkondensais, tanin yang terhidrolisis, senyawa flavan dan zat fenolik.
Selain itu dihasilkan pula asam galat, getah, garam dan minyak yang mengalami penguapan maupun tidak (Ihsanurrozi, 2014). Senyawa alkaloid yang lebih banyak terkandung dalam biji pinang dan dapat memungkinkan adanya efek antelmintik adalah alkaloid jenis arekolin. Arekolin adalah senyawa golongan alkaloid utama yang terkandung di dalam biji pinang dan menjadi alkaloid paling penting dalam proses fisiologi tubuhnya. Jenis ini memiliki sifat racun bagi beberapa jenis cacing dan dapat menyebabkan paralisis sementara.
Suatu penelitian lain menyebutkan bahwa biji pinang mengandung tanin jenis proantosianidin, yaitu suatu tanin yang mengalami kondensasi dan termasuk ke dalam golongan flavonoid. Senyawa tanin sendiri di perkirakan memiliki kemampuan daya antelmintik yang dapat menghambat kerja enzim dan merusak membran.
Aktifitas sitotoksik dari senyawa flavonoid dapat terjadi karena senyawa tersebut dapat menghambat proses proliferasi pada berbagai sel kanker manusia, namun tidak menyebabkan toksik terhadap sel normalnya. Senyawa tanin yang terdapat pada biji pinang memiliki tipe katekin. Tipe ini merupakan golongan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman secara alami.
Tanaman yang dimaksud adalah tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan yang muncul dari adanya gugus fenol. Biji pinang yang masih dalam keadaan segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak senyawa alkaloid daripada biji yang sudah diberi perlakuan. Hal ini berbanding terbalik dengan konsentrasi flavonoid yang mengalami penurunan seiring semakin bertambahnya massa matang buah (Ihsanurrozi, 2014).
Berbagai senyawa kimia tidak hanya terkandung di dalam biji pinang saja, namun juga pada bagian sabut buah pinang dan pelepah nya. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada sabut buah pinang diantaranya adalah lignin (13-25%), hemiselulosa (35-64,8%), selulosa (40%), pektin okasalat, glikosida, flavonoid dan protopektin. Flavonoid yang terdapat di dalam sabut buah pinang mudah larut dalam air sehingga dapat menghambat aktifitas bakteri. Sementara itu pada pelepah pinang terdapat selulosan dan pada organ daun terdapat kandungan minyak atsiri.
Dengan mengetahui kandungan metabolit sekundernya kita akan dapat mengetahui lebih lanjut manfaat apa saja yang bisa kita ambil dari tanaman tinggi ini. Selain itu kita juga dapat menjadikannya sebagai sumber ekonomi melalui perbanyakan dengan menggunakan berbagai metode. Apa saja kandungan mentabolit sekunder yang dapat di temukan dari tanaman pinang? Mari kita bahas lebih dalam!
Khusus pada organ biji pinang mengandung komponen utama berupa polifenol. Adapun komponen lainnya yaitu alkoloid, lemak, saponin, steroid (kriptogenin, sitosterol) dan asam amino. Peneliti asal India mengungkapkan bahwa fraksi alkoloid dan tanin yang terkandung di dalam biji pinang dapat berkhasiat dalam menstimulasi kekuatan regangan pada luka inisiasi jahitan (Rairisti et al, 2014).
Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam tanaman pinang sebenarnya telah diidentifikasi sejak abad ke 18. Dari sekian banyak senyawa tersebut, komponen utama yang terkandung di dalam biji pinang adalah karbohidrat, lemak dan serat. Selain itu terdapat pula polyphenol termasuk flavonoid dan tanin, alkaloid serta berbagai macam mineral. Senyawa polyphenol dan alkaloid yang termasuk ke dalam golongan piridin mendapat perhatian khusus daripada sekian banyak kandungan biji pinang. Hal tersebut dikarenakan senyawa-senyawa tersebut diketahui mempunyai efek yang baik terhadap kesehatan.
Selain itu dihasilkan pula asam galat, getah, garam dan minyak yang mengalami penguapan maupun tidak (Ihsanurrozi, 2014). Senyawa alkaloid yang lebih banyak terkandung dalam biji pinang dan dapat memungkinkan adanya efek antelmintik adalah alkaloid jenis arekolin. Arekolin adalah senyawa golongan alkaloid utama yang terkandung di dalam biji pinang dan menjadi alkaloid paling penting dalam proses fisiologi tubuhnya. Jenis ini memiliki sifat racun bagi beberapa jenis cacing dan dapat menyebabkan paralisis sementara.
Sumber: pubchem.ncbi.nlm.nih.gov |
Baca Juga :
- Yuk, Mengenal Lebih Jauh Tentang Pohon Zaitun
- Ciri Ciri Pohon Pinus Hitam Jepang (Pinus thunbergii) Di Alam Liar
Suatu penelitian lain menyebutkan bahwa biji pinang mengandung tanin jenis proantosianidin, yaitu suatu tanin yang mengalami kondensasi dan termasuk ke dalam golongan flavonoid. Senyawa tanin sendiri di perkirakan memiliki kemampuan daya antelmintik yang dapat menghambat kerja enzim dan merusak membran.
Aktifitas sitotoksik dari senyawa flavonoid dapat terjadi karena senyawa tersebut dapat menghambat proses proliferasi pada berbagai sel kanker manusia, namun tidak menyebabkan toksik terhadap sel normalnya. Senyawa tanin yang terdapat pada biji pinang memiliki tipe katekin. Tipe ini merupakan golongan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman secara alami.
Tanaman yang dimaksud adalah tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan yang muncul dari adanya gugus fenol. Biji pinang yang masih dalam keadaan segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak senyawa alkaloid daripada biji yang sudah diberi perlakuan. Hal ini berbanding terbalik dengan konsentrasi flavonoid yang mengalami penurunan seiring semakin bertambahnya massa matang buah (Ihsanurrozi, 2014).
Baca Juga :
Belum ada Komentar untuk "Kandungan Metabolit Sekunder yang Terdapat pada Tanaman Pinang"
Posting Komentar